Bebas dari Keracunan Makanan

0 komentar
TwitThis
Jika kita berbicara mengenai makanan, sebenarnya yang penting dibahas tak hanya nutrisi sehat apa saja yang terkandung di dalamnya. Kita juga harus mengerti bagaimana pengolahannya. Bahkan ada beberapa jenis makanan yang butuh perhatian khusus sebelum dimasak dan dinikmati.

Itu mengapa kita perlu mengenali makanan apa saja yang lebih mudah rusak sehingga butuh cara penyimpanan serta pengolahan tersendiri. “Ingat yang harus dihindari adalah faktor risiko keracunan makanan, bukan makanannya,” ucap juru bicara Center for Science in the Public Interest (CSPI), Sarah Klein. CSPI adalah organisasi yang mengadvokasi masyarakat Amerika untuk mendapatkan nutrisi dan makanan yang tak hanya sehat tapi juga aman.

Dan dari hasil yang ditemukan Klein bersama timnya, ditemukanlah makanan-makanan ‘sensitif’ yang bisa jadi mengancam kesalamatan kita jika pengolahannya tidak tepat. Inilah daftar lengkapnya:

Sayuran hijau.
Ya, ini adalah sayuran yang paling sering kita jumpai dengan jenis yang beragam, mulai dari selada, bayam, hingga brokoli dan kol. CSPI menemukan, setidaknya ada 13.568 kasus gangguan pencernaan usai mengonsumsi sayuran hijau. Data itu dikumpulkan sejak 1990 hingga 2006.

Hal yang penting kita perhatikan saat akan mengolah sayuran hijau adalah kebersihan sayur dan tangan kita. Pastikan sebelum mulai mencuci sayur, kita terlebih dahulu membersihkan tangan kita. Setelah itu, pastikan juga kita tidak menyimpan sayuran hijau dekat dengan daging. Sebab daging juga bisa menyebar bakteri yang dengan mudah menempel pada helai sayuran hijau.

Telur.
Menu sarapan yang satu ini, tercatat sudah menimbulkan keracunan makanan sebanyak 352 kali sejak 1990. Penyebab utamanya adalah kontaminasi bakteri salmonella yang dapat membuat kita mengalami diare akut.
Bakteri ini dapat menerobos masuk ke dalam telur. Dan apabila kita tidak memasaknya dengan baik maka salmonella masih berpeluang hidup.

Craig Hedberg, PhD., dari University of Minnesota School of Public Health, Minneapolis, menyarankan agar kita mencuci kulit telur sebelum kemudian di simpan dalam lemari es. Karena kadang kala kotoran yang menempel pada cangkang ini bisa menjadi peluang munculnya bakteri. “Dan pastikan telur yang kita konsumsi matang dengan baik sehingga segala macam bakteri mati dengan sempurna.”

Ikan Tuna.
Ikan tuna sangat rentan terkontaminasi oleh scombrotoxin yang dapat menyebabkan pusing dan kram. Biasanya ikan akan mudah terkontaminasi jika setelah penangkapan tempat penyimpanannya tidak layak. Bahkan setelah dimasak pun, bakteri tersebut masih tinggal dalam ikan.

Klein menyarankan, agar kita membeli ikan dari supplier yang memang terbukti menyediakan ikan-ikan segar. Kita bisa deteksi ikan segar dengan melihat warna sisik yang masih cerah dan mata ikan masih berwarna segar. Lalu tekan-tekan ikan untuk merasakan apakah dagingnya masil lembut atau tidak.

Keju.
Keju sangat rentan terkontaminasi oleh bakteri Salmonella atau Listeria. Pada wanita hamil, dua bakteri ini bisa berbahaya bagi janin.

Yang menjadi kunci utama agar keju tetap aman untuk dikonsumsi adalah simpan makanan ini dengan cara yang benar. Bungkus sisa keju dengan alumunium dan simpan dalam wadah kedap udara. Dan ingat, sebelum memotong, pastikan pisau yang kita gunakan bersih serta kering.

Tomat.
Sama seperti sayuran hijau, kontaminasi tomat biasanya terjadi pada selesai di petik hingga sampai ke dapur kita. Karena itu, sangat penting untuk selalu mencuci tomat sebelum di masukkan ke dalam kulkas. Dan jangan satukan tomat dengan sayuran hijau, karena sayuran hijau mengeluarkan gas yang dapat membuat tomat cepat busuk.

Ingat, daftar ini bukanlah untuk membuat kita menjauhi makanan-makanan tersebut agar terhindar dari keracunan makanan. Yang perlu kita lakukan hanyalah mengingat cara penyimpanan yang tepat, sehingga tak ada peluang bagi bakteri mengontaminasi makanan-makanan tersebut.

Mengenal Nipagin

0 komentar
TwitThis
Nipagin atau methyl p-hydroxybenzoate merupakan salah satu zat yang terdapat dalam mie instan.
Codex Alimentarius Commission (CAC), badan yang didirikan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengatur standar pangan, telah memperbolehkan pemakaian zat pengawet ini dalam batas-batas tertentu.  Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia berpatokan pada CAC dan mengizinkan penggunaan nipagin dalam batas tertentu. Menurut BPOM, penggunaan nipagin pada mi instan yang beredar di Indonesia saat ini masih dalam batas kendali. Hasil uji sampel kecap pada mi instan yang mengandung nipagin dalam lima tahun terakhir menunjukkan, tidak ada dari kandungan zat pengawet tersebut yang melebihi batas maksimal. 
Lalu apa sebenarnya zat bernama methyl p-hydroxybenzoate yang ditemukan dalam kecap mi instan Indofood yang dicemaskan Pemerintah Taiwan itu?
Menurut informasi yang dikutip Badan Pengawas Makanan dan Obat Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA), nipagin merupakan zat tambahan untuk mencegah jamur dan ragi. Methyl p-hydroxybenzoate adalah salah satu dari jenis parabens atau pengawet yang banyak digunakan untuk kosmetik dan obat.  Nipagin memiliki nama lain, yakni methylparaben dengan rumus kimia  CH3(C6H4(OH)COO). Jenis paraben lain yang juga banyak digunakan adalah propylparaben dan butylparaben
Menurut FDA, untuk suatu produk biasanya paraben yang digunakan berjumlah lebih dari satu jenis. Pengawet ini biasanya digabung dengan pengawet lain untuk memberikan perlindungan terhadap berbagai jenis mikroorganisme. Methylparaben adalah jenis paraben yang dapat dihasilkan secara alami dan ditemukan dalam sejumlah buah-buahan, terutama blueberry dan jenis paraben lainnya. Sejauh ini, belum ada bukti bahwa methylparaben dapat menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan pada konsentrasi tertentu dalam penggunaan perawatan tubuh atau kosmetik. 
FDA menilai, methylparaben sebagai pengawet yang aman atau generally regarded as safe (GRAS) untuk kosmetik. Di Eropa, methylparaben digunakan sebagai pengawet makanan yang mendapat persetujuan Uni Eropa dengan kode E-218.  Methylparaben juga dapat dimetabolisme oleh bakteri tanah sehingga benar-benar terurai. Methylparaben mudah diserap dari saluran pencernaan atau melalui kulit. Hal ini dihidroliskan menjadi asam p-hidroksibenzoat dan cepat dikeluarkan tanpa akumulasi dalam tubuh.
Di setiap negara, batas maksimum pemakaian nipagin berbeda. Di Amerika Serikat, Kanada, dan Singapura, kadar maksimum nipagin adalah 1.000 mg per kg. Adapun nipagin di Hongkong 550 mg per kg. Di Indonesia, Badan POM telah menetapkan batas maksimal penggunaan nipagin 250 mg per kg.

Saatnya Mengatur Pola Makan

0 komentar
TwitThis
Perkembangan zaman yang menuntut serba cepat dan praktis turut memengaruhi pola makan masyarakat. Makanan instan buatan pabrik menjadi pilihan karena enak, murah, mudah didapat, serta mudah diolah. Padahal, kandungan bahan tambahan makanan dalam makanan instan itu memiliki risiko. Konsumsi makanan instan menjadi pilihan di tengah kesibukan masyarakat modern serta ketidakmampuan dan terbatasnya waktu untuk memasak makanan segar. Tren ini berlangsung secara global, bukan hanya di Indonesia.
Semula makanan instan disiapkan untuk para astronot yang akan melakukan perjalanan ke luar angkasa ataupun tentara yang sedang berperang. Agar makanan mudah diolah, tetapi bercita rasa enak dan tahan lama, ditambahkanlah sejumlah bahan tambahan makanan.
Dalam perkembangannya, industri pun memanfaatkan berbagai bahan tambahan makanan ini, baik pengawet, perisa, penguat rasa, pewarna, maupun berbagai jenis lainnya. Bahan tersebut membuat produksi makanan menjadi lebih murah, bisa dimanfaatkan dalam waktu lama, serta sebarannya pun menjadi lebih luas.
Meski penggunaannya dalam jumlah tertentu dijamin keamanannya oleh pemerintah dan kesepakatan internasional, konsumsi makanan instan yang mengandung bahan tambahan makanan tetap perlu diatur. Konsumsi makanan dengan gizi berimbang dan bervariasi dapat meminimalkan risiko penggunaan bahan tambahan makanan.
Mi instan
Salah satu makanan instan favorit masyarakat Indonesia adalah mi instan. Tak hanya dijadikan sebagai makanan pengganjal lapar sebelum menunggu waktu makan, mi juga banyak digunakan sebagai lauk-pauk. Bahkan, beberapa orang menjadikannya sebagai camilan dengan cara mencampur bumbu dan mi tanpa dimasak.
Dokter spesialis penyakit dalam serta konsultan lambung dan pencernaan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Ari Fahrial Syam, mengatakan, konsumsi makanan instan sebenarnya tak masalah jika dilakukan secara benar.Bagi yang memiliki penyakit mag atau tekanan darah tinggi, mi instan tentu tidak dianjurkan karena kandungan ragi dalam mi atau unsur garam dalam bumbu penyedapnya. Bagi yang tak memiliki gangguan pencernaan, konsumsi mi instan boleh dengan tetap memerhatikan keseimbangan pangan yang dikonsumsinya. Mi instan adalah pangan alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti nasi, bukan makanan utama. Pola konsumsi mi instan yang menjadikannya sebagai makanan selingan atau lauk akan membuat terjadinya penumpukan kalori dalam tubuh.
Ditambah faktor stres yang mendorong makan berlebih dan kurang gerak, konsumsi mi instan yang salah itu bisa memicu kegemukan. Kegemukan inilah yang menjadi salah satu faktor peningkatan risiko berbagai jenis penyakit kanker, bukan karena mi instannya.
Konsumsi mi instan juga tak menyebabkan usus buntu. Usus buntu disebabkan infeksi pada apendiks, bukan karena mi, biji cabai, atau biji jambu batu.
Bahan tambahan makanan
Penggunaan berbagai jenis bahan tambahan makanan pada berbagai jenis makanan instan oleh industri diyakini Ahli Kimia Pangan dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan, Nuri Andarwulan, tidak akan melebihi batasan yang ditentukan pemerintah.
Selain demi alasan keamanan pangan, sudah memenuhi faktor keamanan, penggunaan bahan tambahan makanan secara berlebih justru akan merusak tampilan, cita rasa, dan tekstur dari makanan itu sendiri.
Dalam mi instan, jenis bahan tambahan makanan yang ada, antara lain, pemantap nabati, pengatur keasaman, pewarna, dan antioksidan. Sedangkan yang ada dalam bumbu umumnya berupa penguat rasa, perisa, dan berbagai jenis vitamin. Dalam kecap dan saus cabai umumnya terdapat pengawet dan pengental.
Bahan tambahan tersebut ada yang bersifat sintetik ataupun alami. Dalam batas normal, penggunaan bahan tambahan makanan tidak akan memengaruhi kesehatan. Studi yang dilakukan tentang efek dari satu jenis zat tambahan makanan umumnya dilakukan dalam kadar jauh di atas normal.
Diakui Nuri, sejumlah bahan tambahan makanan memiliki risiko bagi mereka yang memiliki gangguan kesehatan dan hipersensitif. Batasan ini tidak berlaku untuk orang yang sehat. Khusus bagi penderita autis, disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan pabrikan sama sekali.
Meski konsumsi makanan instan diperbolehkan, konsumsi makanan segar yang diolah sendiri tetap perlu diutamakan. Walau agak repot, cara ini lebih sehat karena memungkinkan pengaturan keseimbangan kandungan gizi makanan yang diperlukan tubuh.

Zat aditif, racun dibalik makanan!

0 komentar
TwitThis















Menikmati makanan lezat memang tidak salah. Apalagi dikategorikan sebagai dosa. Tetapi, menjadi salah ketika seseorang menjadikannya sebagai gaya hidup. Ya, gaya hidup yang tidak sehat. Nikmatnya sesaat, efeknya maut siap mengintai.
menikmati makanan lezaat merupakan keinginan setiap orang. Hampir semua orang diantara kita merindukan makanan lezat. Contoh sederhana, ketika keluar kota misalnya, orang selalu mencari informasi restoran atau tempat jajanan terkenal. Tujuannya satu, ingin menikmati makanan lezat yang tersedia. Ya, menyantap makanan lezat tidak dilarang apalagi dikategorikan dosa. Menikmati makanan lezat merupakan hak asasi setiap orang. Sesekali menikmati makanan lezat tidak jadi masalah. Namun bisa menjadi masalah serius ketika menjadikannya sebagai gaya hidup. karena dibaalik lezatnya makanan bahaya besar sedang mengintai. Di Indonesia kasus penggunaan bahan berbahaya dalam makanan sangat tinggi. 
Perhatikan saja, di negeri ini berulang kali terjadi keracunan makanan. Hal ini mengindikasikan bahwa makanan yang kita nikmati tidak selalu sehat. Ada kemungkinan makanan itu punya racun yang akan memperpendek usia manusia. Apalagi kini makanan tidak bisa dilepaskan dari berbagai bahan yang mengandung pemanis buatan, pengawet, pewarna serta penyedap rasa dan aroma. Nampaknya, makanan lezat yang kita nikmati di restoran atau pusat jajanan mana pun tidak bebas dari bahan-bahan tersebut. mengandung bahan-bahan berbahaya.
PEMANIS
Di negeri kita, perkembangan industri makanan yang menggunakan pemanis buatan berkembang pesat. Alasan mendasar adalah harganya lebih murah dibanding gula alami, gula tebu atau gula pasir (Nurheti Yuliati, Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan, 2007). Karena harganya lebih "miring" ada kecenderungan untuk beralih ke pemanis buatan.
Dalam buku yang sama, Nurheti mengatakan ada jenis pemanis makanan yang diizinkan. Pemanis yang diizinkan itu dibedakan atas dua jenis, pemanis alami yang sering digunakan untuk makanan adalah tebu dan bit. Kedua pemanis ini sering disebut sebagai gula alam atau sukrosa. Pemanis alami tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan.
Bagaimana dengan pemanis sintesis? Pemanis sintesis adalah pemanis buatan yang merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis pada makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Contohnya: sakarin, siklamat, aspartam, dulsim, sorbitol sintesis dan nitro-propoksi-anilin. Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 208/ Menkes/ Per/IV/1985, diantara semua pemanis buatan hanya beberapa yang diizinkan penggunaannya. Pemanis buatan yang dimaksud adalah sakarin, siklamat dan aspartam dengan jumlah yang dibatasi atau dosis tertentu. Apabila jumlah dan dosisnya tidak dibatasi akan membahayakan kesehatan. Pembatasan dosisi ini dikenal dengan asupan harian yang dapat diterima atau disebut dengan istilah ADI (Acceptable Daily Intake).
PENGAWET
Pengawet merupakan salah satu bentuk bahan tambahan makanan (BTM). Pengawet dimaksud untuk menghambat ataupun menghentikan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir sehingga produk makanan dapat disimpan lebih lama.
Penggunaan pengawet non-makanan seperti salisitat, boraks dan formalin dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Ambil contoh, asam silisilat (aspirin). Pengawet ini sering ditemukan pada buah dan sayur. Pengawet ini merupakan antiseptik untuk memperpanjang masa keawetan. Bagaimana dengan formalin? Formalin adalah larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Biasanya, pengawet ini digunakan untuk mengawetkan mayat. Disamping itu boraks atau asam borat merupakan pembersih fungisida, herbisida dan insektisida. Jika pengawet ini digunakan oleh manusia, maka pengawet itu bersifat toksik atau meracuni.
PEWARNA
Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai produk jajan pasar serta berbagai makanan olahan yang dibuat industri kecil, industri rumah tangga serta industri besar. Pewarna sintesis berpotensi menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti rhodamin (pewarna merah) yang menimbulkan karsinogenik jika terakumulasi dalam tubuh. Salah satu ciri makanan yang menggunakan pewarna berbahaya adalah warnanya yang mencolok.
PENYEDAP RASA DAN AROMA
Penyedap rasa yang paling dikenal adalah MSG (Monosodium Glutamat). Penyedap ini dikenal juga dengan vetsin atau moto. Penyedap rasa ini banyak dicampur ke dalam berbagai jenis makanan terutama jajanan anak. Penyedap rasa sintesis dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas, jika kita cermati ternyata makanan lezat berpotensi menimbulkan efek samping bagi kesehatan. Karena itu perlu berhati-hati dalam memlih makanan sehat dan berguna bagi kesehatan.

Lebaran, kontrol makanan Anda!

0 komentar
TwitThis
Sehabis berpuasa sebulan penuh, biasanya kita akan 'lupa diri' di Hari Raya Lebaran. Segala sajian lezat langsung di santap. Jika tak dibatasi, efeknya tidak baik buat kesehatan.
Benar! Siapapun harus waspada. Dibalik kelezatan semua hidangan lebaran tersebut, diperlukan kebijakan berpikir sebelum menyantapnya. Semua makanan yang terhidang di hari lebaran pada umumnya mengandung lemak dan kalori yang sangat tinggi. Oleh karena itu, harus dibatasi saaat menyantapnya.
Bukannya tidak boleh menyantap semua masakan, tapi harus tetap ingat porsi idealnya. Sia-sia jika setelah tubuh atau pencernaan kita beristirahat selama sebulan dengan berpuasa, tiba-tiba dipenuhi lagi oleh makanan yang kurang seimbang gizinya.

SUDAH TURUN, NAIK LAGI

Puasa sangat menyehatkan. Dengan mengurangi satu kali pola makan sehari-hari di saat berpuasa, dipastikan dapat mengurangi berat badan. Terutama bagi mereka yang memiliki berat badan berlebih alias kegemukan (obesitas). Yang beratnya normal pun, biasanya setelah berpuasa akan mengalami penurunan berat badan.
Dengan berkurangnya satu kali pola makan di bulan puasa, rata-rata akan mengurangi berat badan sekitar 0,5 kilogram dalam seminggu. Berkurang 0,5 kilogram berat badan kira-kira sama dengan berkurangnya 500 kalori. Dalam sebulan, orang normal akan berkurang sekitar 2 kilogram jika makannya tak berlebihan. Jika menjaga makannya lebih ketat lagi, bisa berkurang sampai 4 kilogram. Sebaliknya, jika waktu berbuka dan sahur makannya tak terkontrol, justru berat badan akan naik. Nah, ini yang harus diperhatikan.
Dengan berkurangnya berat badan usai berpuasa, sebetulnya kondisi tubuh dalam keadaan sangat baik sebab sistem dalam tubuh yang biasanya dijejali makanan terus-menerus, mendapat waktu sebulan untuk beristirahat. Nah, setelah berpuasa sistem tubuh kembali aktif dan pencernaan jadi membaik. Oleh karena itu, di saat lebaran hendaknya direncanakan untuk tidak makan secara berlebihan.
Mengurangi makan hidangan yang terlalu berlemak, bersantan, goreng-gorengan, dan yang serba manis. Jika tergoda boleh saja mencicipi dengan porsi sedikit. Sebab kue-kue lebaran pada umumnya termasuk makanan berkalori tinggi karena bahan dasarnya lebih banyak terbuat dari bahan yang mengandung gula atau manis. Selain rasanya enak, rasa manis juga memiliki sifat tidak membuat kenyang, sehingga membuat orang penasaran untuk terus menyantap kue tanpa ingat jumlah kalori yang sudah masuk dalam tubuhnya.
Begitu juga dengan minuman. Seharusnya soft drink, punch, sirup atau milk shake jangan terlalu mendapat porsi lebih karena manis dan tentunya berkalori tinggi. Sebagai gantinya, santaplah buah potong segar tanpa gula atau agar-agar yang diolah tanpa gula berlebihan atau tanpa vla susu. Vla dapat diganti dengan buah segar yang diblender.
Terakhir, agar tubuh kembali bugar, seimbangkan
dengan olahraga di pagi atau sore hari. Cukup 30 menit saja untuk membakar kalori yang telah masuk  ke dalam tubuh. Selain itu,olahraga juga sangat baik untuk kesehatan jantung dan menjaga berat badan.
 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

Twitter Blog Templates © Copyright by Makanan | Template by BloggerTemplates | Blog Trick at Blog-HowToTricks